Sabtu, 10 Februari 2018

MAKALAH : Tentang Penyakit Rabies




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Penyakit   anjing   gila   atau   yang   dikenal   dengan nama   rabies merupakan   suatu penyakit   infeksi akut  pada  susunan  saraf  pusat,  yang  disebabkan oleh  virus  rabies  dan  ditularkan  melalui  gigitan .
Hewan  Penular  Rabies  (HPR),  yaitu  anjing,  kucing, dan  kera.  Penyakit  ini  menular  kepada  manusi karena gigitan binatang-binatang tersebut. Penyakit   ini   apabila   menunjukkan   gejala   klinis pada  hewan  dan  manusia  selalu  diakhiri  dengan kematian, sehingga mengakibatkan timbulnya rasa cemas  dan  takur  bagi  orang  yang  terkena  gigitan dan    juga   menimbulkan    kekhawatirwan    serta keresahan bagi masyarakat pada umumnya. Di  Indonesia, kasus  rabies  pertama  kali dilaporkan   oleh   Esser   pada   tahun   1884   pada seekor kerbau, kemudian oleh Penning tahun 1889 pada seekor anjing dan oleh Eilerls de Zhaan tahun 1894  pada  manusia.  Semua  kasus  ini  terjadi  di Provinsi Jawa Barat dan setelah itu penyakit rabies terus menyebar ke daerah Indonesia lainnya.
Daerah  di  Indonesia  yang  saat  ini  masih tertular   rabies   ada   17   provinsi,   yang   meliputi  Pulau Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera  Barat, Jambi, Bengkulu,Sumatera Selatan dan Lampung), Pulau Sulawesi (Gorontalo, Sulawesi     Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara), Pula   Kalimtan   (Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur) dan Pulau  Flores.  Kasus  terakhir  yang  terjadi  adalah  di Provinsi Bali dan Provinsi Maluku (Kota Ambon dan Pulau Seram). Kasus   rabies   pada   manusia   di   seluruh dunia  dilaporkan  lebih  dari  55.000  kasus  setiap tahun.
Keberhasilan pengendalian penyakit rabies  sangat  ditentukan  oleh  cakupan  vaksinasi memadai  mencapaidi atas 70% dan pengendalian populasi  anjing. Pencapaian  akan  hal  itu  harus didukung   program  sosialisasi   tentang  penyakit rabies yang intensif, pengawasan lalu lintas hewan penular  rabies  (HPR),  dan   pemahaman  tentang bioekologi anjing. Namun  demikian  pemberantasan  rabies tidak  hanya  tergantung  pada  masalah  anjing, tetapi  juga  menyangkut  masalah  manusia.  Pada dasarnya keberhasilan pengendalian dan pemberantasan  rabies  bergantung  kepada  tingkat kesadaran  masyarakat  pemilik  anjing.  Perlu  ada perubahan   perilaku   masyarakat   pemilik   anjing. Perlu   terdapat   perubahan   perilaku   masyarakat dalam  memelihara  anjing.  Perilaku  yang  dimaksud antara  lain  mengandangkan  atau  mengikat  anjing yang dimiliki, merawat dan menjaga kesehatannya, serta  memberi pakan secara rutin.













1.2  Rumusan Masalah
a)  Pengertian Penyakit Rabies
b)  Etimologi
c)  Penyebab virus rabies
d)  Tahapan  rabies pada hewan
e)  Tanda -  anda rabies pada hewan dan manusia
f)   Penanganan penyakit rabies
g)   Pengobatan penyakit rabies
h)   Pencegahan penyakit rabies
1.3  Tujuan
a)  Untuk Mengetahui Pengertian Penyakit Rabies
b)  Untuk Mengetahui Etimologi
c)  Untuk Mengetahui Penyebab virus rabies
d)  Untuk Mengetahui Tahapan  rabies pada hewan
e)  Utuk Mengetahui Tanda -  Tanda rabies pada hewan dan manusia
f)  Untuk Mengetahui Penanganan penyakit rabies
g)  Untuk Mengetahui Pengobatan penyakit rabies
h)  Untuk Mengetahui Pencegahan penyakit rabies
1.4 Manfaat






BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyakit Rabies
       Rabies yaitu  penyakit zoonosis yang disebabkan olehvirus RNA dari genus Lyssavirus, famili Rhabdoviridae,virus berbentuk seperti  peluru yang bersifat neurotropis,menular dan sangat ganas. Reservoir utama rabies adalahanjing domestik. Sebagian besar kasus (98%) disebabkanoleh gigitan anjing, sedangkan sisanya oleh hewan lainseperti monyet dan kucing. Rabies adalah infeksi virusakut yang menyerang sistem saraf pusat manusia danmamalia. Penyakit ini sangat ditakuti karena prognosisnya sangat buruk.
2.2 Etimologi Penyakit Rabies
       Virus rabies adalah single stranded RNA, berbentukseperti peluru berukuran 180 x 75 μm. Sampai saat inisudah dikenal 7 genotip  Lyssavirus dimana genotip 1merupakan penyebab rabies yang paling banyak di dunia.Virus ini bersifat labil dan tidak viable bila berada diluarinang. Virus menjadi tidak aktif bila terpapar sinarmatahari,sinar ultraviolet, pemanasan 1 jam selama 50menit, pengeringan, dan sangat peka terhadap pelarut. alkalis seperti sabun, desinfektan, serta alkohol 70%.Reservoir utama rabies adalah anjing domestik.(Jawetz,2010)
2.3 Penyebab Penyakit Rabies
      Rabies adalah penyakit zoonosis dimana manusiaterinfeksi melalui jilatan atau gigitan hewan yang terjangkitrabies seperti anjing, kucing, kera, musang, serigala,raccoon, kelelawar. Virus masuk melalui kulit yang terlukaatau melalui mukosa utuh seperti konjungtiva mata, mulut,anus, genitalia eksterna, atau transplantasi kornea. Infeksimelalui inhalasi virus sangat jarang ditemukan. Setelahvirus rabies masuk melalui luka gigitan, maka selama 2minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk dandidekatnya, kemudian bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf posterior tanpa menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya. Masa inkubasi virus rabies sangat bervariasi, mulaidari 7 hari sampai lebih dari 1 tahun, rata-rata 1-2 bulan,tergantung jumlah virus yang masuk, berat dan luasnyakerusakan jaringan tempat gigitan, jauh dekatnya lokasigigitan  ke sistem saraf pusat, persarafan daerah luka gigitan dan sistem kekebalan tubuh. Pada gigitan di kepala,muka dan leher 30 hari,gigitan di lengan, tangan, jaritangan 40 hari, gigitan di tungkai, kaki, jari kaki 60 hari,gigitan di badan rata-rata 45 hari. Asumsi lain menyatakanbahwa masa inkubasi tidak ditentukan dari jarak sarafyang ditempuh , melainkan tergantung dari luasnyapersarafan pada tiap bagian tubuh, contohnya gigitan padajari dan alat kelamin akan mempunyai masa inkubasiyang lebih cepat.Tingkat infeksi dari kematian paling tinggi padagigitan daerah wajah, menengah pada gigitan daerahlengan dan tangan,paling rendah bila gigitan ditungkaidan kaki. (Jackson,2003. WHO,2010). Sesampainya diotak virus kemudian memperbanyak diri dan menyebarluas dalam semua bagian neuron, terutama predileksiterhadap sel-sel sistem limbik, hipotalamus dan batangotak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuronsentral, virus kemudian ke arah perifer dalam serabutsaraf eferen dan pada saraf volunter maupun saraf otonom.Dengan demikian virus menyerang hampir tiap organ danjaringan didalam tubuh, dan berkembang biak dalamjaringan, seperti kelenjar ludah, ginjal, dan sebagainya.
 2.4 Tahapan Rabies Pada Hewan
        Perjalanan penyakit Rabies pada anjing dan kucing dibagi dalam 3 fase (tahap):
a) Fase Prodormal : Hewan mencari tempat dingin dan menyendiri , tetapi dapat menjadi lebih agresif dan nervus, pupil mata meluas dan sikap tubuh kaku (tegang). Fase ini berlangsung selama 1-3 hari . Setelah fase Prodormal dilanjutkan fase Eksitasi atau bias langsung ke fase Paralisa.
b) Fase Eksitasi : Hewan menjadi ganas dan menyerang siapa saja yang ada di sekitarnya dan memakan barang yang aneh-aneh. Selanjutnya mata menjadi keruh dan selalu terbuka dan tubuh gemetaran , selanjutnya masuk ke fase Paralisa.
c) Fase Paralisa : Hewan mengalami kelumpuhan pada semua bagian tubuh dan berakhir dengan kematian.
2.5 Tanda-Tanda Rabies Pada Hewan Dan Manusia
   1.   Tanda-Tanda Penyakit Rabies Pada Hewan
         Gejala penyakit dikenal dalam 3 bentuk
A. Bentuk ganas (Furious rabies)
    Masa eksitasi panjang, kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah tanda-tanda terlihat. Tanda-tanda yang sering terlihat :
a.  Hewan menjadi penakut atau menjadi galak.
b. Senang bersembunyi di tempat-tempat yang dingin, gelap dan menyendiri tetapi dapat menjadi agresif .
c. Tidak menurut perintah majikannya.
d. Nafsu makan hilang.
e.  Air liur meleleh tak terkendali.
f. Hewan akan menyerang benda yang ada disekitarnya dan memakan barang,   benda-benda asing seperti batu, kayu dsb.
g. Menyerang dan menggigit barang bergerak apa saja yang dijumpai.
h. Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan.
i. Ekor diantara 2 (dua) paha
B. Bentuk diam (Dumb Rabies)
Masa eksitasi pendek, paralisa cepat terjadi. Tanda- tanda yang sering terlihat:
a.  Bersembunyi di temapat yang gelap dan sejuk
b. Kejang-kejang berlangsung sangat singkat, bahkan sering tidak terlihat.
c. Lumpuh, tidak dapat menelan, mulut terbuka.
d. Air liur keluar terus menerus (berlebihan).
e. Mati
C. Bentuk Asystomatis.
Hewan tidak menunjukkan gejala sakit. Hewan tiba-tiba mati
2. Tanda-Tanda Penyakit Anjing Gila Pada Kucing
Gejala atau tanda-tanda yang terlihat hampir sama pada anjing, seperti :
a.  Menyembunyikan diri.
b.  Banyak mengeong.
c.  Mencakar-cakar lantai.
d. Menjadi agresif.
e. 2 - 4 hari setelah gejala pertama biasa terjadi kelumpuhan, terutama di bagian belakang.
3. Tanda-Tanda Penyakit Anjing Gila Pada Manusia
  Pada manusia yang penting diperhatikan adalah riwayat gigitan dari hewan seperti anjing, kucing dan kera. Dilanjutkan dengan gejala-gejala nafsu makan hilang, sakit kepala, tidak bisa tidur, demam tinggi, mual atau muntah-muntah.Adanya rasa panas (nyeri) pada tempat gigitan dan menjadi gugup. Takut dengan air, suara keras, cahaya dan angin. Air liur dan air mata keluar berlebihan. Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan. Biasanya penderita akan meninggal 4-6 hari setelah gejala klinis atau tanda-tanda penyakit pertama timbul.
2.6 Penanganan Penyakit Rabies
       a)  Penanganan terhadap orang yang digigit (korban)
 Segera cuci luka gigitan dengan air bersih dan sabun atau detergen selama 10 sampai 15 menit (gigitan yang dalam disemprot dengan air sabun ) kemudian bilas dengan air yang mengalir , lalu keringkan dengan kain bersih. Luka kemudian diberi obat luka yang tersedia (misalnya betadin) lalu dibalut dengan pembalut atau kain yang bersih. Korban secepatnya dibawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
b) Penanganan terhadap hewan yang menggigit
Anjing, kucing dan kera yang menggigit manusia atau hewan lainnya harus dicurigai menderita rabies. Terhadap hewan tersebut harus diambil tindakan sebagai berikut :Bila hewan tersebut adalah hewan peliharaan atau ada pemiliknya , maka hewan tersebut harus ditangkap dan diserahkan ke Dinas Peternakan setempat untuk diobservasi selama 14 hari. Bila hasil observasi negatif rabies maka hewan tersebut harus mendapat vaksinasi rabies sebelum diserahkan kembali kepada pemiliknya. Bila hewan yang menggigit adalah hewan liar (tidak ada pemiliknya) maka hewan tersebut harus diusahakan ditangkap hidup dan diserahkan kepada Dinas Peternakan setempat untuk diobservasi dan setelah masa observasi selesai hewan tersebut dapat dimusnahkan atau dipelihara oleh orang yang berkenan , setelah terlebih dahulu diberi vaksinasi rabies. Bila hewan yang menggigit sulit ditangkap dan terpaksa harus dibunuh, maka kepala hewan tersebut harus diambil dan segera diserahkan ke Dinas Peternakan setempat untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium. Jika seseorang digigit hewan, maka hewan yang menggigit harus diawasi.
2.7 Pengobatan Penyakit Rabies
       Bila terinfeksi rabies, segera cari pertolongan medis.Rabies dapat diobati, namun harus dilakukan sedini mungkin sebelum menginfeksi otak dan menimbulkan gejala.Bila gejala mulai terlihat, tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan penyakit ini.Kematian biasanya terjadi beberapa hari setelah terjadinya gejala pertama. Jika terjadi kasus gigitan oleh hewan yang diduga terinfeksi rabies atau berpotensi rabies (anjing, sigung, rakun, rubah, kelelawar) segera cuci luka dengan sabun atau pelarut lemak lain di bawah air mengalir selama 10-15 menit lalu beri antiseptik alkohol 70% atau betadin. Orang-orang yang belum diimunisasi selama 10 tahun terakhir akan diberikan suntikan tetanus. Orang-orang yang belum pernah mendapat vaksin rabies akan diberikan suntikan globulin imun rabies yang dikombinasikan dengan vaksin.Separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan dan separuhnya disuntikan ke otot, biasanya di daerah pinggang.Dalam periode 28 hari diberikan 5 kali suntikan.Suntikan pertama untuk menentukan risiko adanya virus rabies akibat bekas gigitan. Sisa suntikan diberikan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28.Kadang-kadang terjadi rasa sakit, kemerahan, bengkak, atau gatal pada tempat penyuntikan vaksin.
2.8 Pencegahan Penyakit Rabies
       Pencegahan rabies dapat dilakukan dengan memvaksinasi hewan peliharaan rutin, hindari memelihara hewan liar di rumah, jika anda bepergian ke daerah yang terjangkit rabies, segeralah ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi rabies.
Vaksinasi idealnya dapat memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi seiring berjalannya waktu kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap rabies harus mendapatkan dosis booster vaksinasi setiap 3 tahun. Pentingnya vaksinasi rabies terhadap hewan peliharaan seperti anjing juga merupakan salah satu cara pencegahan yang harus diperhatikan.
Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi gigitan oleh hewan yang berpotensi rabies, karena bila tidak dapat mematikan (letal) Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera setelah terkena gigitan Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang berisiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu:  Dokter hewan ,Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi  Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies pada anjing banyak ditemukan.Menempatkan hewan peliharaan dalam kandang yang baik dan sesuai dan senantiasa memperhatikan kebersihan kandang dan sekitarnya, Menjaga kesehatan hewan
peliharaan dengan memberikan makanan yang baik , pemeliharaan yang baik dan melaksanakan Vaksinasi Rabies secara teratur setiap tahun ke Dinas Peternakan atau Dokter Hewan Praktek. Memasang rantai pada leher anjing bila anjing tidak dikandangkan atau sedang diajak berjalan-jalan. Petugas kesehatan mempunyai peranan penting dalam pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan di masyarakat, salah satu perannya yaitu memberikan informasi kesehatan. Keterpaparan pada informasi kesehatan yang efektif sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap yang positif untuk mencegah suatu penyakit. Khususnya dalam penelitian ini, kasus gigitan hewan penular rabies di masyarakat meningkat sampai menimbulkan korban jiwa. Hal itu bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit rabies, sehingga mengindikasikan peranan petugas kesehatan belum maksimal. Sebaliknya jika petugas kesehatan berperan aktif di masyarakat dapat berdampak pada pengendalian kasus dan tidak sampai menimbulkan korban
Petugas kesehatan hewan sebagai vaksinator (petugas pemberi vaksin pada hewan ternak) memiliki peranan yang penting dalam pengendalian penyakit rabies pada hewan penular rabies (HPR). Salah satu tugas pokok dari petugas kesehatan hewan yaitu pencegahan penyakit pada hewan. Peningkatan kasus penyakit yang disebabkan oleh penularan dari hewan ke manusia menjadi tangung jawab dari petugas kesehatan hewan. Oleh karena itu, ketika terjadi peningkatan kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR) di masyarakat dapat mengindikasikan masih kurangnya informasi tentang pencegahan rabies pada anjing. Jika petugas kesehatan hewan berperan aktif, penyakit rabies pada anjing akan terkendali dan tidak sampai memakan korban manusia
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar